Source: http://amronbadriza.blogspot.com/2012/05/cara-membuat-tab-view-di-blog.html#ixzz2BYDNL2hY

followers

Senin, 08 Juli 2013

Empat Penunggang Kuda Kitab Wahyu - Kitab Tujuh Meterai

Banyak teolog mengajarkan bahwa Intisari kitab Wahyu ada di dalam Kitab Tujuh Meterai dan intisari Kitab Tujuh Meterai adalah Empat Penunggang Kuda. Ketika meterai pertama dibuka, tampilah Serafim yang seperti singa lalu muncullah penunggang kuda putih dengan mahkota di kepala dan panah di tangannya. Ketika meterai kedua dibuka, tampillah Serafim yang seperti anak lembu kemudian muncullah penunggang kuda merah dengan pedang besar. Ketika meterai ketiga dibuka, tampillah Serafim dengan wajah menyerupai wajah manusia lalu muncullah penunggang kuda hitam dengan timbangan di tangannya. Ketika meterai keempat dibuka, tampillah Serafim yang seperti burung Nasar yang sedang terbang kemudian muncullah penunggang kuda kelabu yang namanya Maut. Ketika meterai kelima dibuka, tampilah jiwa-jiwa yang dibunuh oleh karena firman Allah dan kesaksian yang mereka miliki menuntut keadilan Allah. Ketika meterai keenam dibuka maka Allah pun menghakimi dunia.  Ketika meterai ketujuh dibuka maka sunyi senyaplah di sorga, kira-kira setengah jam lamanya. Siapakah Empat Penunggang Kuda Kitab Wahyu itu? Benarkah mereka adalah Empat Penunggang Kuda Akhir Zaman? Benarkah mereka adalah Empat Penunggang Kuda Dari Neraka? Benarkah mereka adalah Empat Penunggang Kuda Pembawa Kiamat? Benarkah Empat Penunggang Kuda Kitab Wahyu adalah Empat Penghulu Setan? Apa yang sesungguhnya diajarkan oleh Kitab Tujuh Meterai? Barang siapa yang mengenali Empat Penunggang Kuda akan memahami Kitab Tujuh Meterai. Yang memahami Kitab Tujuh Meterai akan memahami Tujuh Sangkakala yang memahami Tujuh Sangkakala akan memahami Tujuh Celaka yang memahami Tujuh Celaka akan memahami Tujuh Cawan. Yang memahami kitab Wahyu akan memahami Alkitab.

Simon J. Kistemaker Ph.D (Free University, Amsterdam) adalah profesor emeritus (pensiunan) bidang Perjanjian Baru Reformed Theological Seminary, Orlando. Dia mendapatkan Gold Medalion Award untuk Eksposisi kitab Ibrani, Yudas, 1-3 Surat Yohanes, Kisah Para Rasul dan 1 Korintus dalam serial bukunya yang berjudul New Testament Commentary. Saya sengaja mengutip isi bukunya yang berjudul Exposition of The Book of Revelation yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan Judul Tafsiran Kitab Wahyu oleh penerbit Momentum agar anda mendapat sumber pustaka Teologi Reformed yang benar-benar bermutu untuk diuji di depan banyak saksi dengan Alkitab sebagai standard kebenaran. Saya memilih buku Simon J. Kistemaker dibandingkan Pemahaman Alkitab Setiap Hari – Kitab Wahyu Kepada Yohanes Pasal 6-22 - William Barclay – BPK 2007, karena menurut saya isinya jauh lebih sistematis dan padat. Tadinya saya ingin mengutip buku Eksposisi Doktrin Alkitab Kitab Wahyu - Dr. Peter Wongso – SAAT  1996, namun saya tidak memiliki buku tersebut dan tidak berhasil mendapatkannya.

Memberanikan diri bertanya, di dalam buku Tafsiran Kitab Wahyu – Momentum 2009, Simon J. Kistemaker Ph.D menulis:

Meterai Pertama: Kuda Putih

a.    Antikristus. Tafsiran ini sangat terkenal. Menurut pandangan ini, kuda putih sebagai yang pertama dari keempat kuda harus dilihat sebagai bagian dari kuasa perang, kelaparan dan kematian. Kuda dipakai untuk berperang dan busur panah adalah senjata untuk membunuh  Mahkota menyatakan kemenangan, yang digarisbawahi dengan dua kali munculnya frasa "sebagai pemenang untuk merebut kemenangan." Warna putih merujuk kebiasaan kuno di mana sang pemenang menunggang kuda putih saat kembali dari medan perang. Selain itu, penunggang kuda putih di pasal ini bisa dilihat sebagai tiruan setan atas Kristus dan bala tentaranya yang menunggang kuda putih di Wahyu 19:11, 14. Wahyu 6 melukiskan otoritas Antikristus untuk menaklukkan, membunuh dan membuat umat Allah mati kelaparan, sehingga orang-orang Kudus di sorga memohon dengan sangat agar Allah campur tangan. Tetapi peran Antikristus ini ada batasnya. Di pasal 19, Kristus  yang menang itu melemparkan Antikristus dan nabi palsu ke dalam lautan api. Terakhir dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota mengimplikasikan bahwa Allah sebagai pemenang telah memberi batas kepada Antikristus. Tafsiran Kitab Wahyu - Simon J. Kistemaker - Momentum 2009 - hal 237-238

b.    Pasukan Persia. Pemerintah Romawi tidak pernah sepenuhnya menaklukkan pasukan Persia yang tinggal di daerah yang hari ini dikenal sebagai Iran dan Irak. Pada tahun 62M, pasukan Persia mengalahkan Romawi. Jenderal mereka bernama vologases dan tentaranya menunggang kuda putih dalam berperang. Mereka memakai busur dan panah sebagai senjata utama dan salah satu pemimpin mereka dipanggil Sang Pemenang. Istilah "tembakan Persia" masih dikenal sampai hari ini yang berarti tembakan yang jitu. Ibid.  hal 239

c.    Yesus. William Hendriksen mendaftarkan tujuh alasan mengapa Kristus adalah Sang Pemenang:

  1. Konteks mendukung penafsiran ini, karena Yohanes diminta, "Jangan menangis! Sesungguhnya singa dari suku Yehuda, yaitu tunas Daud, telah menang (5:5).
  2. Simbolisme warna di kitab Wahyu merujuk kepada Kristus, yang mengenakan mahkota emas (14:14). Verba mengalahkan, dengan dua perkecualian (11:7; 13:7) selalu merujuk kepada Kristus dan para pengikut-Nya.
  3. Pararel dengan Kristus yang menunggang kuda putih (19:11) begitu jelas. Kitab suci itu adalah panafsir bagi dirinya sendiri.
  4. Di sepanjang kitab Wahyu, Yohanes menyingkapkan rancangan bahwa Kristus adalah Dia yang telah menang, sedang menang dan akan menang.
  5. Di dalam Injil, Tuhan Yesus berkata bahwa Kristus dan pedang saling susul-menyusul (Mat 10:34), yang di kitab Wahyu dilambangkan dengan penunggang kuda merah yang diberi sebuah pedang (ay. 4).
  6. Mazmur Mesianik (Mzm 45:3-5) menyebutkan bahwa Kristus maju dalam kemenangan dan anak-anak panah-Nya yang tajam menembus jantung musuh-musuh-Nya.
  7. Perikop tentang keempat kuda yang berpararel (Za 1:8) secara tidak langsung menunjukkan bahwa penunggangnya adalah malaikat Tuhan. Ibid.  hal 240
Semua ini merupakan bahan faktual yang mendukung penafsiran bahwa Kristuslah sang penunggang kuda putih. Tetapi ada satu problem: bagaimana Kristus bisa merobek meterai pertama dan kemudian Ia sendiri datang menuruti panggilan makluk pertama? Meski Yohanes menyajikan sebuah gambaran, para penafsir harus berusaha menghindari konflik internal dalam gambaran meterai pertama ini. Karena itu, saya berpendapat Yesus yang disebut Firman Allah ini sedang mengutus Injil-Nya. Perhatikan bahwa dari mulut Kristus yang menunggang kuda putih itu keluar sebilah pedang tajam sebagai simbol penghakiman Allah dan Firman Allah (Wahyu 1:16, Wahyu 2:12, Wahyu 16, Wahyu 19:15 dan bdk. Efesus 6:17, Ibrani 4:12) . Pedang bermata dua melambangkan kuasa yang di satu sisi menghukum dan di sisi lain menyelamatkan. Selain itu, busur dan panah adalah alat perang untuk menyerang musuh dari jarak jauh. Ibid. hal 239-240

d.    Injil. Kristus mengutus Injil-Nya yang dalam sejarah gereja terbukti tidak pernah bisa dihentikan. Firman Allah tidak bisa dibelenggu (2 Tim 2:9). Firman Allah akan mencapai maksud-Nya (Yes 55:11), Firman ini akan mengalahkan dunia. Dalam teks Yunaninya, mengalahkan berbentuk present tense yang menunjukkan suatu aktivitas yang terus menerus, sementara verba menang menunjukkan suatu tahapan yang mengawali tindakan. Ibid. hal 241

Saya akui gambaran meterai pertama sama sekali tidak menyinggung tentang Injil Kristus, tetapi dalam ajaran Kristus tentang eskatologi yang berpararel dengan bagian ini, Tuhan berbicara secara tegas bahwa Injil kerajaan harus diberitakan ke pada semua bangsa (Mat 24:14; Mark 13:10). Di sana Tuhan Yesus juga berbicara tentang perang, kelaparan dan kematian; yang semuanya Yohanes catat dalam kaitan dengan keempat kuda itu. Berita Allah menimbulkan reaksi yang mengakibatkan pertentangan, perselisihan dan permusuhan. Ibid. hal 241

Penafsiran ini berakar dari gereja mula-mula. Pada abad ketiga Victorinus dari Pettau di Panonia (Hungaria) dalam tafsiran Wahyunya menulis: "Kuda putih adalah proklamasi Firman ke seluruh dunia dengan kuasa Roh Kudus. Tuhan berkata: Injil akan diberitakan ke seluruh dunia sebagai kesaksian bagi orang-orang  bukan Yahudi dan barulah tiba kesudahannya." Seperti terbukti di Kisah Para Rasul dan Sejarah Gereja, Firman Allah sedang meraih kemenangan . Injil adalah Pemenang dari awal hingga akhirnya. Ibid. hal 241

Saya akan memberikan beberapa catatan penutup. Yohanes menarik informasi bagi gambaran ini dari dua nubuat Zakharia. Nabi itu melihat seorang penunggang kuda merah, yang diikuti oleh kudah merah, merah jambu dan putih (Za 1:8). Dalam penglihatan lain, empat kereta kuda ditarik oleh kuda-kuda yang berbeda-beda warna: merah, hitam, putih dan berbelang-belang. Mereka diutus Tuhan menjelajahi bumi; kuda hitam ke utara, putih ke barat dan kuda berbelang-belang ke selatan (Za 6:1-6). Selain jumlah dan warna keempat kuda itu, tidak banyak lagi yang Yohanes ambil dari Zakharia. Kuda belang-belang muncul sebagai kuda pucat [LAI: hijau kuning] di kitab Wahyu dan urutan kuda-kuda di kitab Wahyu berbeda dari nubuat Zakharia. Tetapi dalam nubuatan Zakharia maupun kitab Wahyu, kuda dan penunggangnya pergi ke seluruh dunia untuk melaksanakan perintah Allah: kuda hitam pergi ke Tanah Utara (Babel) dengan kemenangan dan menentramkan Roh Allah (Za 6:8). Di kitab Wahyu, kuda dan penunggangnya pergi untuk merebut kemenangan, perang, kelaparan dan maut. Singkatnya, berita Yohanes lebih spesifik dari nubuat di Perjanjian Lama. Ibid. hal 241-242

Dari keempat kuda itu, hanya satu yang diberi nama, yaitu Maut (ay. 8). Ketiga kuda lain dijelaskan tetapi tidak diberi nama. Dari lukisan ini (putih, merah, hitam dan pucat [LAI: hijau kuning], penafsir harus menarik informasi terkait, tetapi tidak harus berupa nama. Lukisan ini melambangkan kekuatan, kondisi atau tindakan. Kuda merah adalah lambang perang, kuda hitam lambang kelaparan dan kuda pucat lambang suatu kuasa rohani. Ketiganya adalah kuasa negatif, tetapi kuda putih adalah kuasa positif. Saya menafsirkan kuasa ini sebagai kuasa Injil yang pergi untuk "menaklukkan dan merebut kemenangan." Baik mahkota maupun putih memperkuat lukisan positif ini. Terakhir, sebagai mana kitab Wahyu menyatakan kontras dari awal hingga akhir, di pasal ini aspek positif dari penunggang kuda pertama dikontraskan dengan aspek negatif dari ketiga penunggang kuda lain. Ibid. hal 242

Meterai Kedua: Kuda Merah

Ketiga kuda lain berikut penungganya melambangkan perang, kelaparan dan kematian. Rangkaian ini menggemakan pedang, kelaparan dan malapetaka dalam nubuat Yeremia, yang lima belas kali memakai ketiga rangkaian itu. Yohanes menguraikan setiap kuda berikut penunggang yang membawa ketiga bencana itu. Kita mulai dengan penunggang kuda merah. Ia melambangkan peperangan yang tak dibatasi oleh masa tertentu -  seperti misalnya akhir zaman -  tetapi yang merentang sejak zaman pembaca mula-mula hingga akhir zaman. Ibid. hal 242-243

a.    Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam. Jika putih adalah simbol kekudusan, kemurnian dan keadilan, maka merah melambangkan  darah yang tercurah dan merujuk kepada peperangan . Bahasa Yunani pyr (api) terkait dengan pyros yang berarti merah padam. Bentuk turunannya muncul di sini dan dalam uraian tentang naga merah padam yang bertekad menumpahkan darah dan berperang (wahyu 12:3). Kitab Wahyu melukiskan konflik antara Allah melawan Iblis, Kristus melawan Antikristus dan Roh Kudus melawan Nabi Palsu. Saat Injil diberitakan di tempat-tempat baru, pertentangan ini akan nyata dan penumpahan darah kerap harus terjadi. Tuhan sendiri berkata, "Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi; aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang." (Mat 10:34). Kamu akan mendengar deru perang atau kabar-kabar tentang perang.... Sebab bangsa akan bangkit melawan bangsa, dan kerajaan melawan kerajaan. (mat 24:6-7). Ibid hal 243

b.    Dan orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi. Para penerjemah umumnya menyisipkan otoritas atau kuasa untuk melengkapi konsep "mengambil damai sejahtera dari atas bumi" Secara harfiah teks ini berbunyi, "Kepadanya dikaruniakan untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi" (NASB). Penunggang kuda merah itu mempersonifikasikan kejahatan yang melawan Allah, firman Allah dan umat Allah. Di manapun ia masuk, lenyaplah damai sejahtera. Perlawanan terhadap berita dan ajaran Injil kerap menimbulkan konflik serius di dalam keluarga: dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. (Matius 10:34; lihat juga Lukas 12:49-53). Tetapi kejahatan itu tidak berotoritas pada dirinya sendiri; Allah-lah yang mengaruniakan otoritas kepada kejahatan untuk mengambil damai sejahtera. Allah yang mengendalikan dan memberi batasannya; dalam tangan-Nya terletak kendali atas semua urusan manusia. Ibid hal 243

c.    "Sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar" Siapakah orang-orang yang mengangkat senjata dan saling membunuh ini? Ada beragam penafsiran: Perang di sepanjang zaman, perang saudara, orang Kristen yang dibunuh, orang Kristen yang saling membunuh dan para musuh Allah. Ada bukti-bukti bahwa bagian ini merujuk kepada pembantaian umat Allah. Kata sembelih muncul delapan kali di kitab Wahyu, satu kali menyinggung binatang yang kepalanya luka parah (wahyu 13:3). Ayat-ayat lain yang merujuk pembantaian Anak domba dan para pengikut-Nya adalah: Ibid hal 244

Ada dua hal yang saya amati: (1) Meski pembantaian orang Kristen dibuktikan oleh fakta-fakta sepanjang zaman dalam konflik rohani yang terus terjadi, namun rujukan pedang yang besar di ayat ini tidak mengecualikan peperangan yang bersifat umum. (2) Menurut Yohanes, selain para nabi dan orang Kudus, ada pula orang-orang lain yang dibunuh (Wahyu 18:24. Jika teks itu sendiri tidak jelas, maka sebaiknya kita jangan bersandar pada kemungkinan atau perspektif dogmatik. Ibid hal 244

Meterai Ketiga: Kuda Hitam

Kuda ketiga berwarna hitam, yang melukiskan kelaparan, seperti yang diilustrasikan oleh timbangan untuk mengukur berat makanan dan tingginya harga gandum dan jelai. Allah berkata kepada bangsa Israel: Jika Aku memusnahkan persediaan makananmu, maka sepuluh perempuan akan membakar roti di dalam satu pembakaran. Mereka akan mengembalikan rotimu menurut timbangan tertentu, dan kamu akan makan, tetapi tidak menjadi kenyang. (Im 26:26; lih. Juga Yeh 4:16). Ibid hal 245

Berbeda dari dua pemandangan sebelumnya, ada suara yang membawa suatu pesan. Suara ini mungkin tidak berasal dari makhluk ketiga saja tetapi dari keempat makhluk dengan suara bulat. Pemaparan Yohanes tidak jelas, karena ia berkata "seperti ada suara di tengah-tengah keempat makluk itu" Menurut Lenski, frasa "di tengah-tengah" tidak bersifat tempat tetapi relasional, tetapi jika keempat makluk itu ada di sekeliling takhta, maka suara itu pastilah berasal dari Anak Domba atau Allah yang ada di tengah-tengah keempat makluk itu. Dari Dia yang duduk di takhta terdengarlah berita tentang kelaparan, yang kerap muncul dalam Alkitab (2 Raj 8:1; Mzm 105:16; Yes 14:30; Yer 18:21; 24:10; 27:8; 34:17; 42:16; Yeh 5:17; Am 8:11). Allah yang kerap memperingatkan umat-Nya akan kelaparan, sekarang kembali memberitakan tentang kurangnya persediaan makanan. Ibid hal 245

Allah berkata "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu." Ia memaparkan empat jenis makanan yang persediaannya kurang: gandum, jelai, minyak dan anggur. Ukuran yang dipakai (dari kata Yunani choinix, yang di Perjanjian Baru hanya muncul di ayat ini) adalah ukuran kering, sering dipakai untuk menimbang bulir padi, hampir setara dengan secupak." Harga sedinar bagi secupak gandum sangatlah mahal. Perumpamaan tentang pekerja di kebun anggur menyatakan bahwa sedinar adalah upah harian seorang pekerja (Mat 20:2). Jika satu dinar hanya bisa membeli secupak gandum yang setara dengan sepotong roti, maka seorang pekerja tidak bisa memberi makan keluarganya dengan upah harian. Ia bisa membeli tiga cupak jelai dengan harga yang sama, tetapi jelai kurang zat perekatnya, yaitu zat protein di dalam gandum yang membuat adonan bisa menyatu. Jelai umumnya dipakai untuk makanan hewan. Pada akhir pengepungan Samaria di masa nabi Elisa, sesukat tepung terbaik berharga sesyikal dan dua sukat jelai berharga sesyikal (2 Raj 7:1, 16, 18). Yesus melipatgandakan lima roti jelai untuk memberi makan lima ribu orang laku-laki belum termasuk wanita dan anak-anak (Yoh 6:9; lih. Juga Mat 14:21). Jika pekerja harus membayar satu dinar untuk secupak gandum, maka ia hampir tidak bisa membuat dirinya tetap hidup dan tidak ada sisa uang untuk membeli makanan lain. Ibid hal 245-246

Pertanyaannya, apakah orang atau alam, yang dilambangkan oleh kuda hitam ini, yang dilarang merusak minyak dan anggur? Menurut beberapa teolog, orang kaya bisa membayar minyak dan anggur sementara orang miskin harus menanggung akibatnya. Tetapi minyak dan anggur merupakan bahan pokok yang umum pada masa Yohanes: Minyak dipakai untuk memasak dan anggur adalah minuman sehari-hari. Mengapa orang kaya merusakkan bahan pokok ini? Jadi larangan ini lebih baik dikaitkan dengan alam. Dengan kata lain, perintah ini menjadi "batasan bagi malapetaka yang Tuhan tetapkan." Ibid hal 246

Meterai Keempat:kuda pucat

a.    Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda pucat (LAI: hijau kuning) dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Di teks Yunaninya, kuda keempat ini berwarna hijau pucat (pale green). Penerjemah kerap mengabaikan kata hijau sementara yang lain menjelaskan pucat sebagai sakit atau seperti mayat. Warna hijau kuning (Yun.  Chloros) melukiskan kematian dan pembusukan yang menimbulkan jijik. Lukisan kuda hijau kuning ini melambangkan maut. Ibid hal 247

Perhatikan dari empat penunggang kuda, hanya penunggang kuda keempat yang memiliki nama: Maut. Beberapa penafsir menyebutnya wabah penyakit berdasarkan  Wahyu 2:23, dimana kata Yunani thanotos (maut) bisa diterjemahkan menjadi "penyakit". Tetapi Maut di sini memiliki lingkup yang lebih luas dari sekadar wabah penyakit. Ia membunuh dengan pedang, kelaparan, penyakit dan binatang buas. Ibid hal 247

Maut disertai oleh Kerajaan Maut (Hades), meski tidak menunggang kuda lain (lih. Wahyu 1:18; 20:13-14). Ia tidak harus mengendarai kuda yang sama atau berjalan di samping Maut; baik Maut maupun Hades melambangkan akhir kehidupan dan keberadaan yang terpisah dari Allah (bdk. Hos 13:14). Kitab Wahyu menyebut keduanya sebagai sekutu: yang satu mengikuti yang lain. Di teks Yunaninya, kata okolouthein (mengikuti) berbentuk imperfect dan menunjukkan aktivitas Hades yang terus menerus. Di manapun maut menyerang, Hades mengumpulkan korban-korbannya. Hades bukan kuburan, karena semua orang yang mati sebelum Tuhan datang kembali akan menjadi debu. Hades adalah tempat dikumpulkannya jiwa orang yang tidak percaya, sementara jiwa orang percaya berada bersama Kristus di sorga (lih. Wahyu 1:8). Ibid hal 247

b.    Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi. Kata diberikan merujuk kepada Allah sebagai yang memberikan otoritas. Orang percaya dihibur karena mereka tahu Allah sepenuhnya memegang kendali bahkan saat seperempat penduduk bumi binasa (bdk. Wahyu 9:18, di mana sepertiga penduduk bumi dibunuh). Mereka adalah milik Allah, telah ditebus oleh Anak domba (Wahyu 5:9; 7:14-15) dan diselamatkan. Tetapi Maut dan Hades membunuh dan mengumpulkan berjuta-juta manusia dengan berbagai cara yang mengerikan: (1) kekerasan, melalui senjata pemusnah individu maupun masal; (2) kelangkaan makanan yang mendatangkan kematian secara bertahap; (3) Wabah penyakit yang merajalela; (4) binatang buas. Yohanes meminjam nubuat Perjanjian Lama: Ibid hal 248

Bengcu Menjawab


Handai taulan sekalian, melihat reputasi dan penghargaan yang didapatnya serta penerbit yang menerbitkan bukunya dalam bahasa Indonesia, maka tak dapat diragukan lagi bahwa apa yang diajarkan oleh Simon J. Kistemaker Ph.D harus diakui sebagai ajaran Teologi Reformed atau Teologi Reformed Injili. Atas dasar itulah, selanjutnya saya akan menyebut ajaran Simon J. Kistemaker Ph.D sebagai ajaran Teologi Reformed.
  1. Kitab Tujuh Meterai hanya mencatat hal-hal yang meliputi periode antara kenaikan Kristus dan kedatangan-Nya kembali.
  2. Kitab Tujuh Meterai bukan catatan urut-urutan sejarah atau kronologis peristiwa.
Menurut saya, kedua hal tersebutlah kesalahan utama Teologi Reformed sehingga kehilangan kesempatan untuk memahami Kitab Tujuh Meterai dengan benar. Seharusnya para Teolog Reformed menyadari bahwa kitab Wahyu bukan kitab nubuatan namun kitab Sejarah Kerajaan Allah. Menyatakan catatan Sejarah Kerajaan Allah di dalam Kitab Tujuh Meterai tidak sistematis atau kronologis benar-benar suatu kesalahan fatal yang mengenaskan.

Kitab Kehidupan dan Kitab Tujuh Meterai

Di dalam kitab Wahyu kita menemukan keberadaan dua kitab yaitu: Kitab Kehidupan dan Kitab Tujuh Meterai. Kitab Kehidupan berisi nama-nama manusia yang diselamatkan alias manusia-manusia pilihan dari generasi ke generasi. Apabila Yohanes membaca Kitab Kehidupan pada saat di sorga, maka dia akan mendapati:

1.    Nama orang-orang yang telah dilahirkan dan mati
2.    Nama orang-orang yang telah dilahirkan dan sedang menjalani hidupnya
3.    Nama  orang-orang yang belum dilahirkan ke dunia

Kitab Tujuh Meterai adalah kitab sejarah alam semesta. Ketika Anak Domba membuka meterainya, Kitab Tujuh Meterai berisi catatan:

1.    Sejarah alam semesta yang telah terjadi.
2.    Sejarah alam semesta yang sedang terjadi.
3.    Sejarah alam semesta yang akan terjadi.

Meterai keenam menyegel kisah penghakiman dan pembalasan dunia oleh Allah. Penghakiman oleh Allah sudah terjadi ketika Yesus Kristus disalib, itu berarti mustahil meterai pertama hingga kelima mencatat nubuatan yang periodenya antara kenaikan Kristus dan kedatangan-Nya kembali.

Jurus Tafsir 1001 Mimpi

Dari keempat kuda itu, hanya satu yang diberi nama, yaitu Maut (ay. 8). Ketiga kuda lain dijelaskan tetapi tidak diberi nama. Dari lukisan ini (putih, merah, hitam dan pucat [LAI: hijau kuning], penafsir harus menarik informasi terkait, tetapi tidak harus berupa nama. Lukisan ini melambangkan kekuatan, kondisi atau tindakan. Kuda merah adalah lambang perang, kuda hitam lambang kelaparan dan kuda pucat lambang suatu kuasa rohani. Ketiganya adalah kuasa negatif, tetapi kuda putih adalah kuasa positif. Saya menafsirkan kuasa ini sebagai kuasa Injil yang pergi untuk "menaklukkan dan merebut kemenangan." Baik mahkota maupun putih memperkuat lukisan positif ini. Terakhir, sebagai mana kitab Wahyu menyatakan kontras dari awal hingga akhir, di pasal ini aspek positif dari penunggang kuda pertama dikontraskan dengan aspek negatif dari ketiga penunggang kuda lain. Ibid. hal 242

Kitab Wahyu bukan buku 1001 mimpi. Buku 1001 mimpi bebas ditafsirkan dengan jurus 1001 tafsir mimpi, namun kitab Wahyu tidak boleh ditafsirkan sama sekali namun harus dipahami. Menafsirkan kitab wahyu dan memahaminya adalah dua hal yang berbeda. Ketika menafsirkan, anda hanya mencomot sesuatu lalu membangun argumentasi guna menghubungkan isi kitab Wahyu dengan sesuatu yang anda comot tersebut. Ketika mencoba untuk memahami kitab Wahyu, anda menganalisanya guna menarik kesimpulan yang logis dan sistematis serta teruji karena didukung oleh fakta-fakta.

Simon J. Kistemaker Ph.D menafsirkan: Penunggang kuda putih adalah "kuasa Injil yang pergi untuk "menaklukkan dan merebut kemenangan." Mohon maaf, tanpa mengurangi rasa hormat, menurut saya tafsiran demikian benar-benar mengenaskan. Kalimat tersebut tidak lebih dari slogan kosong belaka. Apa yang dia maksudkan dengan Kuasa Injil? Apakah kuasa Injil bisa memegang panah dan memakai mahkota? Apakah pada hari Tuhan nanti, semua lutut akan bertekuk kepada kuasa Injil? Benar-benar menyebalkan.

Simon J. Kistemaker Ph.D menafsirkan: Kuda merah adalah lambang perang. Penunggang kuda merah itu mempersonifikasikan kejahatan yang melawan Allah, firman Allah dan umat Allah. Di manapun ia masuk, lenyaplah damai sejahtera. Handai taulan sekalian, anda pernah melihat kejahatan gentayangan sambil menghunus sebuah pedang yang besar?

Simon J. Kistemaker Ph.D menafsirkan: Kuda hitam lambang kelaparan. Kuda ketiga berwarna hitam, yang melukiskan kelaparan, seperti yang diilustrasikan oleh timbangan untuk mengukur berat makanan dan tingginya harga gandum dan jelai. Handai taulan sekalian, anda pernah melihat kelaparan gentayangan sambil membawa timbangan lalu mengukur berat makanan dan tingginya harga gandum dan jelai?

Simon J. Kistemaker Ph.D menafsirkan: Kuda pucat lambang suatu kuasa rohani. Lukisan kuda hijau kuning ini melambangkan maut. Handai taulan sekalian, anda pernah melihat maut atau kematian gentayangan membunuhi orang dengan penyakit dan perang serta kelaparan?

•    Penunggang kuda merah bukan penunggang kuda hitam
•    Penunggang kuda merah bukan penunggang kuda hijau kuning.
•    Penunggang kuda hitam bukan penunggang kuda hijau kuning.
•     Tiga penunggang kuda yang berbeda dengan tiga kuasa yang berbeda. 

Itulah kenyataan tentang penunggang kuda kedua, tiga dan empat yang mustahil disangkal kebenarannya.

•    Penunggang kuda merah = Perang
•    penunggang kuda hitam = kelaparan
•    penunggang kuda hijau kuning = maut = kematian
 
Daftar Kuasa apa yang dimiliki penunggang kuda hijau kuning:

1.    membunuh dengan pedang – kuda merah
2.    membunuh dengan kelaparan – kuda hitam
3.    membunuh dengan sampar
4.    membunuh dengan binatang-binatang buas yang di bumi

Apabila Simon J. Kistemaker Ph.D konsisten, bukankah seharusnya dia mengajarkan bahwa pada hakekatnya, penunggang kuda merah dan penunggang kuda hitam adalah penunggang kuda hijau kuning? Bukankah seharusnya dia mengajarkan bahwa Allah lebai (berlebihan) karena apa yang bisa digambarkan dengan satu penunggang kuda kok dijelaskan dengan tiga penunggang kuda? Bo kang co! (nggak ada kerjaan!).

Handai taulan sekalian, apa yang dilakukan oleh Simon J. Kistemaker Ph.D, itulah yang saya sebut menafsirkan dengan jurus tafsir 1001 mimpi. Apa yang dia lakukan tidak lebih dari apa yang dilakukan oleh dukun togel ketika menafsirkan mimpi-mimpi para pecandu togel dengan panduan buku tafsir 1001 mimpi. Dia memang memberikan argumentasi namun hanya sekedar cukup untuk menghubungkan yang ditafsirkan dan tafsirannya. Benar-benar mengenaskan. Namun, itulah ajaran Teologi Reformed.

Apabila ajaran demikian dipertanyakan, banyak Teolog Reformed yang akan meradang lalu mengajarkan bahwa kitab Wahyu tidak boleh dipahami secara literal namun harus dipahami secara figuratif. Kitab wahyu memang sulit untuk dipahami dengan akal itu sebabnya harus dipahami secara rohani. Alkitab harus dipahami secara rohani. Yang lain lagi akan berkotek, "konteks, konteks, konteks!" Mereka akan mengajarkan bahwa yang dipahami dan diajarkan oleh Simon J. Kistemaker Ph.D adalah pemahaman yang benar sesuai konteks. Yang lain bahkan benar-benar tolol karena mengajarkan, "bila yang diajarkan oleh Simon J. Kistemaker Ph.D salah, mustahil dia berbuah lebat." Ha ha ha ha ha 

Prinsip Dasar Memahami Empat Penunggang Kuda Kitab Wahyu

Handai taulan sekalian, ketika mempelajari Alkitab, dari generasi ke generasi orang-orang Kristen lebih suka melewati jalan pintas. Ketika mempelajari Kitab Tujuh Meterai, orang-orang Kristen lebih suka membaca buku dari pada menyelidikinya sendiri di Alkitab. Setelah mendapatkan pengetahuan tentang Kitab Tujuh Meterai dan Empat Penunggang Kuda Kitab Wahyu dari buku, alih-alih mengujinya, mereka justru langsung mengimaninya sebagai kebenaran. Ketika keyakinannya tentang Empat Penunggang Kuda Kitab Wahyu dan Kitab Tujuh Meterai dipertanyakan, alih-alih mengujinya mereka justru hanya memikirkan cara untuk mempertahankan keyakinannya  dan menyerang apa yang diajarkan orang yang mempertanyakan itu. 

Karena yakin bahwa Alkitab sudah selesai dipahami, itu sebabnya para Teolog Reformed berhenti menggali. Karena yakin bahwa yang diketahuinya pasti benar, itu sebabnya para Teolog Reformed berhenti menguji. Saya melihat, yang dilakukan sebagian besar mahasiswa, sarjana maupun dosen teologi generasi ini, bukan menggali Alkitab namun mencari tahu siapa saja yang sudah menggalinya? Alih-alih menguji suatu ajaran mereka justru mencari cara termudah untuk meyakini apa yang dipelajarinya. Itu sebabnya, buku teologi yang dianggap bagus dalam generasi ini adalah yang penuh dengan catatan kaki. Makin banyak catatan kakinya makin dinilai bagus kualitasnya. Nampaknya, itulah juga yang terjadi dengan Simon J. Kistemaker Ph.D, sehingga dia mengabaikan prinsip-prinsip dasar ketika mempelajari Kitab Tuju Meterai. Inilah prinsip-prinsip dasar itu:

Keempat penunggang kuda kitab Wahyu masing-masing memiliki kuasa yang berbeda-beda. Yang berkuasa karena diberi kuasa adalah penunggangnya, bukan kudanya.  Yang bisa memiliki kuasa dan melakukan hal sesuai dengan kuasa yang dimilikinya hanya makluk hidup yang memiliki akal budi dan kehendak. Yang tidak hidup tidak bisa memiliki kuasa. Yang hidup namun tidak berakal budi, mustahil melakukan hal sesuai kuasanya.

Berita Injil bukan makluk hidup. Kuasa Injil bukan makluk hidup. Perang, kelaparan, kejahatan dan kematian juga bukan makluk hidup itu sebabnya, mustahil memiliki kuasa apalagi melakukan hal-hal sesuai dengan kuasanya. Itu sebabnya, kuasa Injil, perang, kelaparan, kejahatan dan kematian mustahil menjadi keempat penunggang kuda kitab Wahyu.

Keempat penunggang kuda kitab Wahyu berkuasa atas bumi; berkuasa atas manusia. Itu sebabnya keempatnya boleh disebut empat penguasa dunia. 

Penunggang kuda putih memiliki mahkota, itu berarti Dia adalah Raja. Dia menjadi Raja sejak semula. Itu sebabnya Dia disebut Pemenang. Dia akan merebut kemenangan, itu berarti pada akhirnya Dia akan kembali menjadi Pemenang. Menjadi pemenang juga berarti mengalahkan ketiga penguasa dunia lainnya.    

Handai taulan, minimal, itulah prinsip-prinsip dasar yang mustahil disangkal ketika seseorang mencoba untuk memahami Kitab Tujuh Meterai guna mengenal Empat Penunggang Kuda Kitab Wahyu. 

Penunggang Kuda Putih Adalah Firman Alias Yesus Kristus 

Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda putih dan orang yang menungganginya memegang sebuah panah dan kepadanya dikaruniakan sebuah mahkota. Lalu ia maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan. Wahyu 6:2

Lalu aku mendengar seperti suara himpunan besar orang banyak,  seperti desau air bah dan seperti deru guruh yang hebat, katanya: "Haleluya! Karena Tuhan, Allah kita, Yang Mahakuasa, telah menjadi raja. Wahyu 19:6


supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, dan segala lidah mengaku: "Yesus Kristus adalah Tuhan," bagi kemuliaan Allah, Bapa! Filipi 2:10-11


Karena ada tertulis: "Demi Aku hidup, demikianlah firman Tuhan, semua orang akan bertekuk lutut  di hadapan-Ku dan semua orang akan memuliakan Allah." Roma 14:11

Handai taulan sekalian, siapakah yang maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan? Mustahil menyangkal bahwa Dia adalah Yesus Kristus alias Tuhan Yesus. Ketika semuanya genap, segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi bertekuk lutut kepada-Nya dan memuliakan Allah. Yang ada di langit adalah Allah dan malaikat, yang ada di bumi adalah manusia sementara yang ada di bawah bumi adalah Maut dan arwah-arwah yang masuk neraka. Karena Allah pun bertekuk lutut kepada-Nya, mustahil Dia bukan maju sebagai pemenang untuk merebut kemenangan.

Sebelum menjadi manusia, Yesus Kristus adalah Firman alias Logos alias TUHAN Allah alias Malaikat TUHAN.

Kuda adalah lambang dunia. Kuda putih artinya kuda yang belum berwarna atau belum diwarnai. 

Penunggang Kuda Merah Adalah Adam – Sebelum Berdosa

Dan majulah seekor kuda lain, seekor kuda merah padam dan orang yang menungganginya dikaruniakan kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar.  Wahyu 6:4

Maka Allah menciptakan manusia itu menurut gambar-Nya, menurut gambar Allah diciptakan-Nya dia; laki-laki dan perempuan diciptakan-Nya mereka. 1:27

Siapakah yang diberi kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi, sehingga mereka saling membunuh, dan kepadanya dikaruniakan sebilah pedang yang besar? Handai taulan sekalian, siapakah yang disebut DIA namun juga disebut MEREKA oleh Allah? Adam! Adam adalah DIA namun Adam juga adalah MEREKA. Adam adalah pribadi namun Adam juga adalah seluruh umat manusia.

Adamlah yang dikaruniai kuasa untuk mengambil damai sejahtera dari atas bumi. Setelah damai sejahtera diambil dari atas bumi, mereka; Adam dan Hawa, saling membunuh. Adam menipu Hawa untuk makan buah pengetahuan sementara Hawa memberikan buah pengetahuan untuk dimakan Adam. Mereka saling membunuh.

Lalu TUHAN Allah memberi perintah ini kepada manusia: "Semua pohon dalam taman ini boleh kaumakan buahnya dengan bebas, tetapi pohon pengetahuan tentang yang baik dan yang jahat itu, janganlah kaumakan buahnya, sebab pada hari engkau memakannya, pastilah engkau mati." Kejadian 2:16-17 
Adakah pedang yang lebih besar dari pedang yang dalam sekali ayun membunuh seluruh umat manusia? Tidak ada. Itu berarti pedang yang diberikan kepada Adam adalah pedang terbesar  di dunia. Pedang manakah itu? Kejadian 2:16-17, itulah pedangnya. Pedang yang dikaruniakan kepada Adam adalah Firman Tuhan, pedang yang mampu membunuh jiwa, bukan pedang besi yang hanya mampu membunuh tubuh.

orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. Yohanes 1:13

Barangsiapa makan daging-Ku dan minum darah-Ku, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman. Yohanes 6:54

Kuda melambangkan dunia. Warna merah memang bisa berarti darah. Darah bisa berarti terluka, namun juga bisa berarti hidup. Merah juga bisa berarti amarah atau murka.  Namun di dalam hal ini menurut saya, kita harus meyakini apa yang diajarkan oleh Yohanes dalam kedua ayat tersebut di atas. Merah adalah darah dan darah adalah hidup.

Penunggang Kuda Hitam Adalah Allah Sang Hakim Dunia
 
Dan ketika Anak Domba itu membuka meterai yang ketiga, aku mendengar makhluk yang ketiga berkata: "Mari!" Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hitam dan orang yang menungganginya memegang sebuah timbangan di tangannya. Wahyu 6:5

Dan aku mendengar seperti ada suara di tengah-tengah keempat makhluk itu berkata: "Secupak gandum sedinar, dan tiga cupak jelai sedinar. Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu." Wahyu 6:6


Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi  dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia. Yohanes 3:17


Bapa tidak menghakimi siapapun, melainkan telah menyerahkan penghakiman  itu seluruhnya kepada Anak, Yohanes 5:22

Dan Ia telah memberikan kuasa kepada-Nya untuk menghakimi, karena Ia adalah Anak Manusia. Yohanes 5:27

Aku tidak dapat berbuat apa-apa dari diri-Ku sendiri; Aku menghakimi sesuai dengan apa yang Aku dengar, dan penghakiman-Ku adil, sebab Aku tidak menuruti kehendak-Ku sendiri, melainkan kehendak Dia yang mengutus Aku. Yohanes 5:30


dan jikalau Aku menghakimi, maka penghakiman-Ku itu benar, sebab Aku tidak seorang diri, tetapi Aku bersama dengan Dia yang mengutus Aku. Yohanes 8:16


Timbangan gunanya untuk menimbang alias menghakimi. Allah adalah satu-satunya Hakim di alam semesta; di sorga, di dunia dan di kerajaan maut. Ketika Sang Hakim menghakimi, kehidupan manusia menjadi sulit. Hal-hal yang berguna untuk memuaskan manusia menjadi mahal. Suara siapakah yang terdengar dari tengah-tengah keempat makluk itu? Itu adalah suara Bapa-Nya Anak yang berkata-kata melalui Firman alias Logos. "Tetapi janganlah rusakkan minyak dan anggur itu." Minyak gunanya untuk mengurapi sementara anggur akan memabukkan orang yang meminumnya. Tegakkan keadilan namun jangan merusak hak asasi manusia untuk mabuk. Hakimilah dengan Adil. Keadilan siapakah? Keadilan Bapa-Nya Anak. Siapakah Anak? Anak adalah Firman dan Allah; Logos dan Theos.

Lalu berkatalah Malaikat TUHAN kepada Iblis itu: "TUHAN kiranya menghardik engkau, hai Iblis! TUHAN, yang memilih Yerusalem, kiranya menghardik engkau! Bukankah dia ini puntung yang telah ditarik dari api?" Zakaria 3:2

Kuda adalah dunia alias manusia. Kuda hitam adalah puntung yang telah ditarik dari api. 

Penunggang Kuda Hijau Kuning Adalah Adam - Setelah Berdosa

Dan aku melihat: sesungguhnya, ada seekor kuda hijau kuning dan orang yang menungganginya bernama Maut dan kerajaan maut mengikutinya. Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh dengan pedang, dan dengan kelaparan dan sampar, dan dengan binatang-binatang buas yang di bumi. Wahyu 6:8

Handai taulan sekalian, dari keempat penunggang kuda kitab Wahyu, penunggang kuda hijau kuninglah yang paling sulit untuk dipahami. Kita akan mengutip beberapa ayat agar mampu memahami penunggang kuda hijau kuning ini dengan benar.

Oleh sebab itu, pedang tidak akan menyingkir dari keturunanmu sampai selamanya, karena engkau telah menghina Aku dan mengambil isteri Uria, orang Het itu, untuk menjadi isterimu. 2 Samuel 12:10

Aku akan mendatangkan kelaparan atasmu dan binatang-binatang buas di tengah-tengahmu, yang akan memunahkan anak-anakmu; sampar akan berkecamuk dan darah akan mengalir di tengah-tengahmu dan Aku akan mendatangkan pedang atasmu, Aku, TUHAN, yang mengatakannya. "Yehezkiel 5:17

Ya, beginilah firman Tuhan ALLAH: Jauh lebih dari itu, kalau Aku mendatangkan keempat hukuman-Ku yang berat-berat, yaitu pedang, kelaparan, binatang buas dan sampar, atas Yerusalem untuk melenyapkan dari padanya manusia dan binatang! Yehezkiel 14:21

•    Membunuh dengan pedang artinya perang saudara
•    Membunuh dengan  kelaparan dan sampar artinya hukuman dari Tuhan
•    Membunuh dengan binatang-binatang buas artinya perang antar bangsa.

Sebab upah dosa ialah maut; tetapi karunia Allah ialah hidup yang kekal dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. Roma 6:23
Sungguhpun demikian maut telah berkuasa dari zaman Adam  sampai kepada zaman Musa juga atas mereka, yang tidak berbuat dosa dengan cara yang sama seperti yang telah dibuat oleh Adam, yang adalah gambaran Dia yang akan datang. Roma 5:14

Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan karunia-Nya, yang dilimpahkan-Nya atas semua orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus. Roma 5:15

Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus. 1 Korintus 15:22

Yang diikuti oleh kerajaan maut adalah manusia. Yang pertama kali diikuti oleh kerajaan maut adalah Adam. Adam adalah maut, manusia adalah Maut. Penunggang kuda hijau kuning adalah manusia berdosa alias Adam setelah berdosa.

Apa yang dimaksudkan dengan, "diberi kuasa atas seperempat dari bumi"? Kata "seperempat" di dalam Wahyu 6:8 diterjemahkan dari kata Yunani "tetartos" yang artinya "empat; keempat; seperempat" namun juga berarti "tiga; jam tiga"

Kira-kira jam tiga malam datanglah Yesus kepada mereka berjalan di atas air. Matius 14:25

Ketika Ia melihat betapa payahnya mereka mendayung karena angin sakal, maka kira-kira jam tiga malam Ia datang kepada mereka berjalan di atas air dan Ia hendak melewati mereka. Markus 6:8


Jawab Kornelius: "Empat hari yang lalu kira-kira pada waktu yang sama seperti sekarang, yaitujam tiga petang, aku sedang berdoa di rumah. Tiba-tiba ada seorang berdiri di depanku, pakaiannya berkilau-kilauan. Kisah Para Rasul 10:3

Handai taulan sekalian, mungkinkah yang dimaksudkan oleh Yohanes di dalam Wahyu 6:8 bukan seperempat bumi namun jam tiga? Mustahil! Ketika Matius dan Lukas menggunakan kata "tetartos" yang mereka maksudkan adalah jam tiga pagi.  Ketika Lukas menyebut jam tiga petang (Kisah Para Rasul 10:3), yang dia gunakan adalah "Ennatos" artinya jam sembilan atau jam tiga petang.  Untuk jam tiga petang, Matius juga menggunakan kata yang sama, "Ennatos".

Adapun makhluk yang pertama sama seperti singa, dan makhluk yang kedua sama seperti anak lembu, dan makhluk yang ketiga mempunyai muka seperti muka manusia, dan makhluk yang keempat sama seperti burung nasar yang sedang terbang. Wahyu 4:7

Lalu malaikat yang keempat meniup sangkakalanya dan terpukullah sepertiga dari matahari dan sepertiga dari bulan dan sepertiga dari bintang-bintang, sehingga sepertiga dari padanya menjadi gelap dan sepertiga dari siang hari tidak terang dan demikian juga malam hari. wahyu 8:12

Di dalam kedua ayat tersebut di atas, kata "ketiga" dan "sepertiga" diterjemahkan dari kata Yunani "tritos", bukan "tetartos". Yohanes adalah seorang yang sangat konsisten dalam penggunaan kata dan kalimat. Itu sebabnya, ketika menggunakan kata "tetartos", mustahil yang dia maksudkan adalah "tritos".

Bumi terdiri dari: alam, tumbuhan, binatang, manusia. Menurut jenisnya, manusia adalah seperempat dari bumi, karena yang tiga perempat yang lain adalah: alam, tumbuhan, binatang. Mungkinkah itu yang dimaksudkan oleh kitab Wahyu? Mungkin! Namun bila anda menafsirkannya demikian, maka akan terlalu banyak pertanyaan yang harus dijawab dan ada banyak pertanyaan yang tidak terjawab.

Mungkinkah yang dimaksudkan bukan seperempat dari bumi namun seperempat jumlah manusia di bumi? Artinya, berkuasa untuk menggerakan seperempat dari jumlah manusia untuk membunuh. Bukankah Kain adalah seperempat dari bumi? Kain diberi kuasa untuk menggerakan seperempat dari dunia untuk membunuh. Apabila anda menafsirkannya demikian, itu berarti satu dari empat orang yang anda temui adalah pembunuh atau memiliki kuasa untuk membunuh. 

Handai taulan sekalian, apa yang dimaksudkan dengan "Dan kepada mereka diberikan kuasa atas seperempat dari bumi untuk membunuh"? Apakah menerjemahkan "tetartos" menjadi "seperempat" sudah tepat? Mungkinkah terjemahan yang benar adalah "Keempat" bukan "seperempat"? Menurut saya, terjemahan yang tepat adalah "keempat" bukan "seperempat."

Bumi pertama dikuasai oleh Penunggang kuda putih. Bumi kedua dikuasai oleh penunggang kuda merah. Bumi ketiga dikuasai oleh Penunggang kuda hitam. Bumi keempat ditunggangi oleh penunggang kuda hijau kuning. Penunggang kuda hijau kuning berkuasa atas bumi keempat, bukan atas seperempat bumi. Menurut saya, itulah pemahaman yang benar. 

Misteri Sang Penunggang Kuda

Handai taulan sekalian, saya belum pernah menemukan sumber pustaka yagn membahas tentang hal ini. Mungkin hal itu terjadi karena para teolog menganggapnya bukan hal yang penting. Namun, menurut saya, hal ini sangat penting. Saya sering berkata, "Saya percaya, para penulis Alkitab menulis Alkitab seperti seorang penulis novel. Semua kata-kata yang digunakannya dipilih secara hati-hati dan digunakan secara konsisten, disusun menjadi kalimat-kalimat menurut tatabahasa yang benar. Mereka menulis secara sistematis, terperinci, akurat, logis dan konsisten di bawah pimpinan Roh Kudus dengan tujuan agar yang membacanya dapat memahami apa yang ditulisnya dengan mudah dan gamblang serta benar. Menurut saya, seharusnya kita membaca Alkitab seperti para penulis ketika menulisnya yaitu: Sistematis, terperinci, akurat, logis dan konsisten di bawah pimpinan Roh Kudus. Dengan keyakinan demikianlah saya berkata bahwa saya belajar untuk membaca Alkitab seolah membaca novel. Tidak menafsirkan namun berusaha memahami yang tertulis apa adanya dengan benar." Pada kesempatan ini kita kembali dihadapkan pada kenyataan yang saya percayai tersebut.  

Frasa "orang yang menungganginya" di dalam Wahyu 6:2 (penunggang kuda putih) dan Wahyu 6:5 (penunggang kuda hitam) diterjemahkan dari kata Yunani "kathemai", artinya: yang menduduki; yang menunggangi. Sementara itu, frasa "orang yang menungganginya" di dalam Wahyu 6:4 (penunggang kuda merah) dan Wahyu 6:8 (penunggang kuda hijau kuning) diterjemahkan dari frasa Yunani "autos kathemai".  Autos artinya "orang; dia; mereka".  

Penunggang kuda putih adalah Firman alias Logos. Penunggang kuda hitam adalah Allah alias Theos. Logos dan Theos, bukan manusia, artinya berbeda jenis dengan manusia dan memiliki kasta yang berbeda dengan manusia, Itu sebabnya Frasa "orang yang menungganginya" di dalam Wahyu 6:2 dan Wahyu 6:5 diterjemahkan dari kata Yunani "kathemai", artinya: yang menduduki; yang menunggangi.

Penunggang kuda merah adalah Adam alias manusia sebelum berdosa, penunggang kuda hijau kuning adalah Adam alias manusia setelah berdosa. Adam adalah orang alias manusia yang memiliki kasta atau jenis sama seperti Yohanes, itu sebabnya frasa "orang yang menungganginya" di dalam Wahyu 6:4 diterjemahkan dari frasa Yunani, "autos kathemai". Autos artinya "orang; dia; mereka". "Kathemai" artinya yang  menungganginya, sementara "autos kathemai" berarti "dia yang menungganginya adalah seseorang seperti kita; sesama kita; manusia seperti kita."

Kathemai VS autos kathemai. Walaupun nampak sepele, namun setelah dipahami mustahil menyepelekannya lagi. Karena memahami hal sepelelah maka kita memahami hal yang besar.